BBC, Serang – Wagub Banten Andika Hazrumy tampak khusuk mengikuti pembacaan Surat Yassin bersama ribuan santri laki-laki dan perempuan serta warga dalam acara istighasah memperingati HUT RI ke-72 yang diadakan Polda Banten di lapangan Markas Polda Banten, Sabtu (26/8) malam. Pembacaan Surat Yassin yang dalam kultur pondok pesantren disebut Yassinan itu dipimpin oleh Abuya Muhtadi Dimyati, tokoh ulama Banten. Dari atas panggung podium yang ditempati para tokoh ulama, pemerintahan dan aparat itu, Muhtadi memimpin pembacaan Surat Yassin yang terdiri dari 83 ayat Alquran itu diulang sebanyak 4 kali.

Layaknya itighasah pada umumnya, selain dibacakan Surat Yassin, peserta istighasah juga diajak untuk berdzikir mengagungkan Asma Allah SWT yang ditutup oleh Muhtadi dengan doa secara Islam. Ribuan peserta istighasah pun larut dalam suasana yang khusuk. Suasana khidmat memang terasa kental hampir di sepanjang acara yang digelar tidak kurang dari dua jam itu. Betapa tidak, selain mengaji ayat-ayat Alquran dan berdzikir serta berdoa, peserta juga diajak untuk menyanyikan lagu-lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya dan Syukur.

Acara juga diisi dengan pembacaan ikrar setia kepada NKRI dan Pancasila yang dipandu oleh sekelompok pemuda yang mewakili berbagai unsur seperti dari GP Ansor, Banser, Pemuda Muhammadiyah, serta perwakilan santri. Seraya membacakan ikrar, para pemuda tersebut memegang ujung bendera merah putih yang diikat pada tongkat serta disorongkan dari belakang para pembaca ikrar oleh sekelompok Pasukan Pengibar Bendera.

“Saya meraakan suasana yang khidmat sekali dalam mengikuti acara ini. Dalam hati saya tak henti bersyukur hidup di Negara yang sangat agamis dan penuh dengan toleransi ini,” kata Andika kepada pers usai upacara.

Baca juga :  Mulai Hari ini, Warga Safira Berlakukan Cek Poin

Demi merasakan hal itu, Andika mengaku yakin jika upaya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam memecah belah kebhinekaan tidak akan pernah berhasil dilakukan di Negara Indonesia ini. Untuk itu Andika berharap anak bangsa, utamanya di Banten, untuk tidak mudah terprovokasi oleh upaya-upaya memecah belah yang akhir-akhir ini banyak bertebaran, terutama di media social. “Faktanya kita hidup rukun dan damai kok. Jadi fenomena hiruk pikuk di media social yang menebar kebencian itu dalam kontek kehidupan riil di masyarakat seharusnya tidak bisa menemukan bentuknya,” imbuhnya merujuk kepada terungkapnya jaringan Saracen yang diketahui melakukan semacam bisnis dengan menawarkan jasa menyebar kebencian di medsos.

Terkait kasus Saracen ini, Andika mengaku, pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan upaya-upaya, baik sejak ranah pencegahan hingga penanggulangan. Disebutkan Andika, Pemprov Banten melalui Dinas Kominfo terlibat dalam Badan Koordinasi dengan Polda Banten dan lembaga penegak hukum di Banten terkait keamanan di media social tersebut. “Pemprov berkoordinasi melalui Bakor itu. Misalnya selama ini kami secara bersama-sama melakukan patroli cyber. Tapi untuk penanganannya itu ranahnya aparat keamanan,” kata Andika.

Terkait kasus Saracen ini, Kepala Polda Banten Brigjen Pol Sigit Sulistyo juga menyinggungnya dalam ambutannya pada acara tersebut. Menurutnya, kini kepolisian, tengah mengembangkan kasus tersebut untuk menemukan jaringan tersebut hingga ke akar-akarnya.

Sementara itu, Habib Umar Muthohar dari Semarang, Jawa Tengah, dalam tausiyahnya di acara tersebut, mengungkapkan tentang toleransi yang sudah dibawa para Wali dalam menyebarkan agama Islam di Nusantara. Ata dasar tersebut, lanjutnya, menjadi tidak patut jika warga Negara Indonesia yang mengaku beragama tapi justru lebih sibuk untuk saling membenci dan menjelek-jelekkan pemeluk agama lain, atau bahkan dengan sesame pemeluk agama sendiri. (1-2)